Selasa, 05 Maret 2019

Goodness and Badness



                                            Goodness and Badness



Mereka berkata, Kepedulian dan kebaikan ku tak terlihat, kalis dan hilang begitu saja tetapi tidak tentang keburukan yang selalu mendapatkan kesempatan berkali-kali bahkan sangat lebih dihargai.Hampir ¼ abad dalam menjalani kehidupan yang menurutku jujur memang berat apalagi jika dijalani seorang diri . Kehidupan ini lebih dominan di hiasi dengan dengki dan gengsi . Macam-macam rupanya, ada yang tak senang melihat kebahagiaan orang lain sehingga selalu berusaha untuk mengalahkan. Ada yang selalu mengabaikan kebaikan seseorang. Ada yang tidak pernah tau arti memprioritaskan persahabatan. Ada banyak orang yang mencari keuntungan sendiri dengan memanfaatkan orang lain. Bahkan lebih parah banyak orang tidak memiliki rasa empati dan menghargai orang lain .

Entah harus bersikap seperti apa dan bagaimana. Silent is gold, kata orang-orang. Benar juga benakku, karena ternyata blak-blakan itu salah juga. Jauh lebih tidak dihargai. Fakta yang sudah terungkap banyak seakan terlihat seperti adu domba . Dan ternyata untuk membuka pikiran dan hati manusia tidak mudah seperti berbicara . Begitulah unfair nya kehidupan . Seperti pahlawan yang kesiangan. Bisa dibilang ini korban perasaan tapi santai lah sejenak masih banyak hal yang lebih utama yang harus dikejar dari sekedar memikirkan “bawa perasaan” . Mari ikhlaskan, sebab ruang lingkup hidup tak hanya berkulik di situ saja .

Lebih buruk lagi mereka hanya bersikap baik didepan kita. Istilahnya musuh dalam selimut.Ini cukup banyak ditemukan di dunia kerja. Entah karena apa, sebab gaji pun sama pas-pasan. Tidak ada yang dispesialkan juga berbeda responsibility  . Tau caranya menghadapi mereka yang seperti itu? Pura-pura tidak tau dan itu sangat menyenangkan. Tetap bersenyum dan berprilaku seperti biasa dan lagi-lagi diamlah, Cukup iyakan semua perkataannya dan cukup jaga jarak dalam berbicara. Sebab janganlah masuk selimut yang sudah tidak nyaman untuk digunakan .

Apakah kebaikan justru membuat penderitaan yang lebih besar? Mungkin iya, untuk segelintir orang. Tapi tidak juga dengan sebagiannya lagi. Ada yang mereka tetap melakukan kebaikan walau keburukan ada didekat mereka . Tapi harus diingat jangan terlalu berharap lebih pada manusia . Apalagi mengungkitnya lagi – lagi lupakanlah itu .

Dan yang paling menyakitkan dalam hidup adalah ketika kita pasang badan paling depan disetiap duka yang terjadi. Sedang mereka menganggap duka kita biasa aja . Terlalu banyak basa – basi . Begitulah ciri-ciri manusia yang tidak memiliki rasa empati . Empati tidak bisa dinilai dengan rupiah bahkan menurutku. Segala hal tak bisa selalu disandingkan dengan rupiah . Kebersamaan dan waktu yang utama . Seseorang yang memiliki waktu jauh lebih berharga dari orang yang memiliki banyak rupiah. Sebab rupiah bisa dengan mudah kita cari dan itu pula yang membuat kita jauh dari orang-orang terdekat karena rupiah bisa membuat  waktu  kita untuk orang-orang terdekat menjadi urusan nomor sekian demi memenuhi kepentingan pribadi .

Prinsip hidupku, biarlah mereka seperti itu . Tapi untuk bersama-sama dengan mereka yang begitu rasanya aku tidak bisa . Fakta yang pernah kukatakan biarlah menjadi masa lalu dan ku anggap itu salah satu dosa besar ku . Aku paham, hidup tak selamanya ada diatas. Tapi aku merasa hidupku juga jarang diatas. Jadi biar mereka yang menilai sendiri . Aku akan tetap menjadi diriku sendiri tanpa pernah membenci mereka hanya saja aku tidak seperti menjadi aku yang seperti dulu dan itu sudah beberapa kali kuterapkan. Aku akan tetep menjadi baik, baik menurut ku saja mungkin. Tidak dengan mereka yang mungkin bilang “ your bad” . Aku tak peduli dengan ketidakberpihakkan beberapa kejadian kepada ku. Itu mungkin cobaan . Aku egois ? Tidak juga. Percayalah, Allah Maha membolak-balikan hati . Bukankah banyak sekali definisi untuk baik? Waktu yang akan menjawab. Saat ini cukup lihat, rasakan dan nilailah sendiri . Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda. Itu sangat aku terima .

Allaahumma rahmataka arjuu falaa takilnii ilaa nafsii thorfata”aiin, wa ashlihlii sya’nii kullahu laa ilaha illa ant .
 “ And Godness better than Gold “



Tidak ada komentar:

Posting Komentar