Aku wanita yang akan mencintainya
dengan sederhana dan dalam batas wajar , yang tak berlebihan dan tak juga biasa
saja. sebab yang kutahu seorang pemula saja yang akan melakukan itu mereka yang belum
merasakan sakit akan jatuh dalam cinta dan mereka yang baru memulai mengenal
kebahagiaan dalam cinta .
Aku terkadang menjengkelkan,
membuatnya bingung dan resah akan sikapku. Bukan karena tak cinta atau sengaja
membuatnya kesal tetapi ini mungkin rasa akan takut kehilangan . Aku tak
mengerti perasaan ini muncul seiring waktu dan terlalu lama bersama. Ingin dia
mengerti dan kita belajar saling memahami . Bukan hanya sekedar awal tetapi
selamanya saat bersama. jika sebuah tas sobek aku ingin dia membantu menjadi
helaian-helaian untuk memperbaikinya.Bahkan lebih dari itu Bagaikan hutan yang
terbakar, Aku ingin hujan deras memadamkannya.
Aku pernah merasakan kehilangan,
Dia juga sama. Bukankah lebih baik sekarang belajar untuk tidak kehilangan
(lagi). Aku percaya wanitanya bukan tak setia tapi hanyalah waktu yang salah
mempertemukan dia dengan wanita terdahulu. Aku memang belum mampu menjadi wanita
sempurna untuknya. Dengan wajah dengan bedak yang tebal, bibir yang begitu
merah, mata yang tajam dengan goresan eyeliner yang hitam atau bahkan alis yang
tebal dan menikuk ke atas. Tapi dia tahu
aku sehari-hari menemani nya dengan wajah polosku bukan topeng make-up yang menemani
perjalanannya denganku. Namun, tak perlu khawatir aku pernah berusaha menjadi
wanita sempurna itu walau temanku pun harus turut serta membantuku . Begitulah
aku menyayanginya.
Saat ada bunga yang jauh lebih
indah, Aku ingin tetap jadi mawar merah yang merekah untuknya. Mawar berduri dan
hanya pria yang berani yang ingin memiliki sekuntum mawar . pria yang rela
berkorban walau harus tertusuk duri mawar. Walau aku sadar banyak bunga yang
lebih indah ditaman tapi bukankah lebih baik kita memetik sebuah bunga dengan
pengorbanan tak sekedar yang mudah di petik saja. Aku berharap saat ini Dialah
laki –laki itu .
Orang bilang cinta wanita itu
dari nol menuju puncak dan pria sebaliknya, tapi aku percaya dirinya dan aku
berharap dia tak seperti itu. Aku ingin dia tetap menjadi seorang yang hangat
dan tak melunturkan perhatiannya. Dia yang ajari ku keterbukaan dan kejujuran
aku hanya bisa berkeinginan dia memegang prinsipnya untuk kebahagiaan bersama.
Kisah cinta tak selamanya indah,
Aku berharap kita bisa melewati itu bersama-sama tanpa mengenal kata menyerah
sebab manusia yang bisa keluar dari badai yang begitu hebat itulah manusia
tangguh dan tentunya dapat menemui sebuah kehidupan yang baru dan lebih baik
lagi.
Saat yang lebih baik muncul, Aku
berharap dia tetap setia bersamaku sebab akulah yang dengan tulus menyayangi
dan menemani dia tanpa pernah mengeluh sedikitpun . Aku yang rela menjadi hitam
terkena teriknya matahari, Aku yang ada saat hujan deras menemani perjalanan
langkah kita, Aku yang mengerti jika cinta tak hanya sekedar berhura-hura, Aku
yang rela menghabiskan sebagian waktuku didapur sedang yang lain duduk dan
bercakap disebuah café atau restoran. Aku yang berusaha menjadi sebuah
pelengkap dalam hidupnya karena aku tau dia butuh sosok wanita seperti itu .
Begitulah aku menyayanginya.
Aku tak sedang menuntut keseriusan
cintanya, bukan berarti aku hanya terhanyut dalam permainan ini. Dan aku pun
paham dia pernah merencanakan masa depan bersama masa lalunya. Kita pun saat
ini begitu. Aku berdoa supaya aku dan dia kali ini berhasil tidak seperti
terdahulu. Mungkin ada hal yang mengganjal perasaanku sebab dia selalu tak bertahan
lama dalam membina sebuah hubungan walau secara kasat mata prinsipnya cukup
bagus dan begitu meyakinkan masa lalunya. Aku berharap bersamaku impiannya
dapat tercapai walau harus berliku,menanjak atau bahkan terperosok lagi dan
sampai pada puncak.
Aku ingin menjadi wanita kecil
yang selalu menjadi surprise dalam hidupnya. Saat dia berusaha menatap mata
lain selain mataku cobalah kembali melirik dan meresapi cerita singkat ini.
Saat dia mencoba menomor tigakan aku setelah keluarganya. Cobalah ingat kembali
hangatnya kebersamaan kita saat “Engkau” bersama keluargaku dan begitupun
sebaliknya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar